Tradisi Serta Kebiasaan Turun Temurun Dalam Berpuasa Dan Lebaran Yang Sudah Mulai Hilang

 Orang-orang pada zaman dahulu mengingat masa kecil penuh kenangan. Kehidupan perkampungan yang tidak ter kontaminasi modernisasi. Beda hal yang terjadi pada masa sekarang. Kebiasaan ini sangat berkembang pada bangsa melayu yang meliputi Negara Indonesia dan Malaysia.

Mungkin kebiasaan ini hanya terjadi pada nenek dan kakek kita, sedangkan kita yang sudah berumur rata rata 35 sampai dengan 40 puluh tahun hanya sebagian keci yang dapat menikmati nya.

Mari kita simak satu persatu dari kebiasaan tersebut.

1. MAIN BEDIL BULUH ATAU BAMBU (Meriam Bambu)

 Dalam menyambut Bulan Puasa ada tradisi lain yang paling ditunggu anak-anak, yaitu permainan khas Bulan Puasa. seperti main bedil buluh bambu alias meriam bambu, dahulu anak-anak zaman itu mencari bambu masuk hutan pergi pagi dan pulang sore hari. Jenis bambu yang paling populer yaitu aur, betung dan ampel. Keesokan malamnya bermain bedil bambu dengan bahan bakar minyak tanah. 

Tradisi Serta Kebiasaan Turun Temurun Dalam Berpuasa Dan Lebaran Yang Sudah Mulai Hilang

  Untuk membuatnya bahkan kerab-kali orang tua juga ikut membantu agar mendapatkan bunyi yang bagus, karena letak dari kebagusannya tergantung dari bunyi yang dihasilkan, terkadang banyak yang terkendala di sini sudah capek-capek mencari bambu yang kwalitas bagus tetapi teori dalam pembuatannya kurang tepat, justru akan membuatnya kurang berkwualitas. 

2. TIDUR DI MASJID ATAU SURAU 

 Dahulu Puasa adalah hal yang sangat sakral di hari pertama. dimana hari itu semuanya libur sekolah, yang di ladang pulang ke kampung dan yang merantau biasanya juga ada di Desa. Tentu keadaan kampung sangat ramai. 

 Pada malam pertamanya biasanya setelah sholat taraweh kita teruskan dengan tadarusan, setelah tadarusan bermain bedil bambu, kemudian dilanjutkan kembali ke Masjid atau Surau untuk tidur bersama sama. begitu  masuk waktu sahur maka memberi tahu kan kepada warga desa untuk bangun dan melaksanakan sahurnya. Kemudian semua pulang kerumah masing-masing untuk sahur. Setelah itu kembali ke jalan dengan cara keliling kampung untuk membangunkan warga kampung untuk sahur.

3. MENUNGGU LAILATUL QODAR

 Pada penghujung Bulan puasa, sebagian ada yang menyebutkan munculnya malam lailatul qadar pada malam ganjil di bulan puasa, para warga tua baik kaum muda semuanya lebih banyak begadang untuk menunggu malam tersebut dengan cara, ada yang sambil tadarusan, ada yang cuma  sholawatan bahkan ada juga yang duduk-duduk bersama temannya. semuanya tidak tidur, mereka fokus dengan kegiatan sambil menunggu salah satu malam yang paling diharapkan oleh semua umat islam yaitu malam lailatul qodar yang disebut dengan malam seribu bulan. 

 Kata para guru dahulu jika kita melihat turunnya lailatul qodar maka apa pun yang menjadi keinginan atau niat akan tercapai. Maka dari itu, orang-orang yang diberikan kesempatan melihat lailatul qodar katanya adalah orang yang paling beruntung dalam hidupnya dan lebih banyak manfaat lainnya lagi yang tidak dapat saya ceritakan.

4. MEMASANG PELITA DAN OBOR

 Memasuki malam ke 27 puasa, masyarakat mulai sibuk mempersiapkan pelita dari buluh atau obor dan serupa diantaranya ada yang dari kaleng, botol bekas dengan memakai minyak tanah sebagai bahan bakarnya dan menggunakan kain bekas sebagai sumbunya. Jika sudah melihat sepanjang jalan kampung sudah banyak pelita, colok artinya kita sudah memasuki masa akhir puasa malam ke 27. Karena menurut pendapat orang tua-tua dahulu maengatakan kalau malam tanggal 27 Bulan Ramadhan itu langit sangatlah gelap bahkan saking gelapnya telunjuk kita kalau digerakkan di depan wajah kita sendiri tidak dapat melihatnya, supaya dunia ini tidak terlalu gelap gulita maka dipasanglah pelita dan Obor dengan tujua biar malam 27 tetap terang benderang seperti malam sebelumnya. 

 Pada momen ini Biasanya setiap rumah-rumah bertanding pelita atau obor untuk memasangnya didepan rumah sampai di pinggir jalan dan siapa yang paling lama menyala paling terang dan juga paling banyak itulah pemenangnya, kemudian anak-anak pada zaman itu bersuka-ria untuk memeriahkannya. 

 Sementara pada masa sekarang ini sejak listrik sudah ada di mana-mana rangkaian kegiatan ini sudah tidak ada muncul lagi di dalam desa pada masa sekarang ini. Banyak anak-anak, baik muda, remaja dan dewasa disibukkan dengan kegiatannya sekarang antara lain seperti melakukan lomba cerdas cermat, dan lain sebagainya. Ada juga yang sibuk dalam main game online.

5. BUAT LEMANG DAN KETUPAT

 Lemang dan ketupat merupakan makanan khas bagi bangsa melayu dan tidak akan terlupakan. Nah, di sini anak-anak biasanya mencari kayu bakar sebagai bahan untuk memasak, kemudian menjaga api lemang dan mencari daun kelapa yang masih muda untuk dibuatkan kepada sarang ketupat dan berlomba-lomba untuk mempelajari dalam proses pembuatan sarang ketupat tersebut. 

 Rangkaian kegiatan ini sampai sekarang sebagian besar masih terlaksana namun sekarang warga yang membuat lemang sudah sangat jarang, dan untuk membuat sarang ketupat kebanyakan dengan membeli sarang ketupat kemudian tinggal memasak ketupat nya.

6. MEMBUAT KUE LEBARAN SENDIRI.

 Biasanya para ibu-ibu disibukkan dengan membuat kue lebaran untuk menu bagi para tamu yang datang kerumah, diantaranya kue tradisional seperti kue kembang bunga, kue semprong, bue bolu dan lain-lain sebagainya. 

 Momen ini sangat di tunggu oleh anak-anak dalam melihat dan membantu ibunya untuk membuat kue lebaran dan segera menyicipinya setelah waktu berbuka Puasa bahkan ada yang puasanya batal karena tidak tahan dengan kenikmatan kue tersebut. Sementara pada zaman ini, ibu-ibu sudah tinggal beli kuenya sudah jadi.

7. MALAM TAKBIRAN

 Malam ini adalah malam yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, di mana pada zaman dahulu pengumuman lebaran berdasarkan berita di radio, namun tidak sedikit juga masyarakat di perkampungan menentukan sendiri. Sejak era tahun 1980an semua orang berpedoman dengan pengumuman dari Pemerintah Pusat yang diberi tahukan melalui saluran radio, tv, surat kabar dan masih banyak lagi. Pada momen ini semua anak-anak dan remaja serta bapak-bapak sudah berkumpul di Masjid, dan tidak sabar ingin memukul bedug tabiran sementara itu anak-anak bermain kembang api. 

 Pada Zaman dahulu belum adanya pawai keliling, semua hanya berkumpul di depan Masjid atau suraunya masing-masing. Yang pada siang harinya pengurus masjid maupun Surau sudah sibuk mencari aki tambahan supaya di saat takbiran nanti aki tidak habis. dan gema takbir berkumandang saling sahut menyahut dari masjid ke masjid maupun Surau.

8. MANDI SUBUH DI SUNGAI

 Setelah semalaman bersuka-ria, tak jarang para anak-anak tidurnya kemalaman, walaupun begitu jam 4 subuhnya rata-rata mereka sudah bangun kembali dan berbondong-bondong ke sungai untuk mandi bersama. di zaman dahulu sungai masih sangat bersih, beda jauh dengan sekarang ini sumur jumlahnya masih sangat sedikit, untuk kebutuhan sehari-hari semuanya dari sungai atau lubuk bagi yang di area persawahan. 

 Di sinilah salah satu letak asiknya bagi orang orang dahulu yang mana pada jam 05.00 subuh sungai sudah dipenuhi warga, ada yang mandi, ambil air dan sebagainya. Jam 05.00 subuh sudah berenang di sungai, semuanya mandi dengan semangat. setengah jam 06.00 pagi sudah sampai ke rumah dan mulai memakai baju barunya.

9. BAWA RANTANG KE MASJID

 Setelah pakai baju baru, minum teh makan kue jam 07.30 pagi sudah mulai ke masjid, ini juga waktu yang ditunggu tunggu oleh anak anak dan kaum remaja, semua ibu rumah tangga pasti membawa rantang ke Masjid, selain rantang ada juga yang membawa dulang. Rantang ini dipenuhi dengan beraneka jenis makanan, seperti nasi, kue, lauk pauk tak ketinggalan juga lemang serta ketupatnya. 

 Masa itu anak-anak tidak fokus mendengar khutbah shalat ied, begitu sholat eid selesai semua mulai berkumpul dekat tumpukan rantang yang sudah disediakan oleh ibu-ibu di sudut masjid dan ada yang ngintip ngintip isi rantang yang menjadi incarannya dan suasana disitu sudah mulai heboh, karena berebut menyatakan kalau itu miliknya nanti. 

 Sebagian daerah kegiatan ini masih ada dan sebagian daerah sudah hilanh, bahkan tidak mengenalinya sama sekali, sungguh menyedihkan ya.

10. MEMBAWA RANTANG KERUMAH SANAK ATAU FAMILI

 Setelah selesai dari masjid, acara dilanjutkan dengan bermaaf-maafan di rumah. zaman dahulu belum ada istilah THR bagi anak kecil bahkan remaja, Yang ada cuma bermaaf-maafan dan melanjutkan makan kue lebaran sambil bermain. Sekitar jam 9 pagi acara silaturahim mulai dilakukan. 

 Untuk rumah pertama yang di datangi adalah diantaranya rumah nenek rumah saudara dari se ibu maupun saudara se ayah, baru dilanjutkan dengan kerabat dekat lainnya. Dengan menenteng rantang yang berisi kue lebaran, lauk pauk dan nasi dan di hari lebaran pertama khusus rumah keluarga yang lebih tua. namun kini tradisi bawa rantang ke rumah sanak famili yang lebih tua sudah mulai hilang sebagian daerah masih ada. 

 Nah Itulah beberapa fakta sejarah tentang Tradisi Serta Kebiasaan Turun Temurun Dalam Berpuasa Dan Lebaran Yang Sudah Mulai Hilang yang mungkin disebagian daerah sudah berubah total. namun masih banyak yang terus menerus melakukan tradisi nenek moyang tersebut. Semoga dengan mengingat sejarah pada masa dahulu akan membuat kita akan rindu dengan masa masa itu, dan mempertahankannya sehingga anak dan cucu kita juga bisa menikmatinya, saya juga minta maaf mana tau ada beberapa kegiatan yang tidak terlampirkan atau salah dalam pembuatan nya lebih dari kurang saya minta maaf sebesar-besarnya. Sekian dulu dari saya terima kasih.

0 Response to "Tradisi Serta Kebiasaan Turun Temurun Dalam Berpuasa Dan Lebaran Yang Sudah Mulai Hilang "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel