Kumpulan Peribahasa Populer yang Terucap sampai Sekarang

Kumpulan Peribahasa Populer yang Terucap sampai Sekarang - Pribahasa digunakan untuk menyampaikan sebuah inspirasi pelengkap dalam kalimat yang ingin kita ajukan, sehingga kita bisa untuk lebih mengerti, biasanya mendengarkan orang berkata memakai pribahasa pastilah kata-katanya mengandung gambaran atau membuat kita berimajinasi dan mengajak kita untuk lebih memahami maksud atau tujuan dari kalimat yang disampaikan tersebut. Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Pribahasa merupakan hasil karya ciptaan dari masyarakat lama atau orang orang dahulu yang meliputi pepatah, ungkapan, perumpamaan dan tamsil atau ibarat agar maksud dan tujuan dari kalimat yang disampaikan menjadi lebih bermakna. 

Kumpulan Peribahasa Populer yang Terucap sampai Sekarang

 Untuk lebih jelasnya mari kita simak Kumpulan Pribahasa Populer yang terucap Sampai Sekarang sekaligus dengan maknanya.

Berdiang di Abu dingin
(Meminta Pertolongan kepada orang yang miskin/tak mampu)
Ada gula ada semut
(Dimana ada kesenangan, disitu banyak orang yang mengunjungi)
Ketika ada jangan dimakan, bila habis baru dimakan
(Jika ada rezeki dari mata pencaharian, baiknya jangan menggunakan harta simpanan, dan gunakan harta simpanan itu bila mata pencaharian telah tiada lagi).
Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung.
(Hendaknya dalam melakukan sesuatu menurut kebiasaan yang berlaku di daerah itu).
Mengadu ujung penjahit
(Menguji kecerdasan masing-masing).
Bagai mencincang air
(Pekerjaan yang sia-sia).
Membasuh muka dengan air liur.
(Maksudnya ingin memperbaiki kesalahannya, akan tetapi makin memperbesar masalah itu sendiri).
Tambah air tambah sagu
(Makin banyak yang dikerjakan, makin banyak pula yang dihasilkan).
Sebelum ajal berpantang mati
(Hidup dan mati seseorang ditentukan oleh Tuhan).
Hidup berakal, mata beriman
(Hendaknya kita mempunyai panjang akal dalam memecahkan suatu masalah).
Hidup bagai akar benalu
(Orang yang hidupnya bergantung dengan orang lain).
Bagai alu pencukil duri
(Melakukan sesuatu yang takkan mungkin bakal berhasil).
Jangan ambil marah
(Jangan berkecil hati).
Anak baik menantu molek
(Mendapat keuntungan yang berlipat ganda).
Angan-angan menerawang langit
(Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi).
Angkuh terbawa tampan tertinggal.
(Baik wajahnya, tapi tidak baik sikapnya).
Anjing diberi nasi, bilamana kenyang ?
(Tidak ada gunanya menasehati orang yang berperangai jahat).
Bagai anjing berebut tulang
(Sama-sama rakus).
Sudah dianjung dihempaskan
(Sudah dipuji kemudian dihina).
Antan patah lesung hilang
(Ditimpa musibah yang bertumpuk-tumpuk).
Api dalam sekam
(Perbuatan jahat yang tidak tampak).
Seperti api dengan asap
(Tidak dapat dipisahkan).
Terapung sama hanyut, terendam sama basah.
(seia sekata, sehidup semati).
Menghapus arang di kening
(Menghilangkan malu pada diri sendiri).
Punggung parang jika diasah terus-menerus akan tipis jua.
(Sebodoh-bodoh seseorang, jika rajin mengajarnya pasti akan pandai).
Telah merasai asinnya garam
(Orang yang banyak pengalamannya).
Awal dikenal, akhir tidak
(Tidak menimbang baik buruknya budi seseorang).
Ayam berinduk, sirih berjenjang.
(Lindungilah yang lemah agar mereka selamat).
Beroleh badar tertimbakan.
(Beroleh keuntungan yang tanpa disangka-sangka).
Tangan mencincang, bahu memikul.
(Berani berbuat harus berani bertanggung jawab).
Bajak sudah terdorong kebencah.
(sesuatu yang sudah terlanjur).
Bagai memakai baju pinjaman.
(Perbuatan yang dibuat-buat sehingga canggung tampaknya).
Bagai balam dengan ketitiran
(Orang yang selalu berselisih).
Alang berjawab, tepuk berbalas
(Kebaikan dibalas dengan baik, jahat dibalas dengan jahat).
Bagai baling-baling di atas bukit
(Orang yang tidak tetap pendiriannya).
Mati-matian membanting tulang
Bekerja mati-matian (bekerja keras)
Bagai duduk di atas bara
(Orang yang gelisah karena sesuatu).
Barang pembasuh tangan
(Barang yang murah harganya dan mudah didapat).
Ada batang cendawan tumbuh
(Di mana kita berada, di situ ada rezeki).
Bagai batu jatuh di lubuk
(Hilang lenyap tak berbekas).
Bayang-bayang disangka tubuh.
(Mengharap sesuatu yang belum pasti).
Ibarat beban belum lepas dari bahu.
(Anak yang masih menjadi tanggung jawab orang tua).
Tak beban batu digilas.
(Sudah senang mencari susah).
Menjual bedil kepada lawan.
(Membuka rahasia kepada musuh).
Sampai serambut di belah tujuh.
(Sedikitpun tak ada yang ketinggalan).
Seperti Belanda minta tanah.
(Perihal orang yang tamak, beri sedikit minta yang banyak).
Harimau menunjukkan belangnya.
(Orang yang memperlihatkan kekuasaannya).
Jual sutra beli mastuli.
(Menjual barang yang baik dan membeli barang yang jelek).
Bertemu beliung dengan ruryung.
(Bertemu dengan lawan yang sama-sama kuat).
menegakkan benang basah.
(Pekerjaan yang sia-sia).
Lain bengkak, lain bernanah.
(Seseorang yang bersalah tetapi orang lain yang menanggung akibatnya).
Hutangnya membengkak.
(Hutangnya bertambah menjadi besar).
Ada beras taruh di padi
(Simpanlah rahasia itu baik-baik).
Bagai beruk kena ipuh.
(Menggeliat-geliat kesakitan).
Besar hendak melanda, panjang hendak menindih.
(Kanena berkuasa, tindakannya sewenang-wenang).
Seperti besi dengan emas.
(Nyata benar perbedaannya).
Bagai membelah betung.
(Menyelesaikan perkara yang belah sebelah (sikap tidak adil)
Biduk satu nahkoda dua.
(Jika dalam satu pekerjaan terdapat dua orang pemimpin, hasilnya pasti kurang baik).
Tiada biduk karam sebelah.
(Jika salah satu keluarga kita dapat kesusahan, maka keluarga lain juga ikut menderita).
Bertanam Biji hampa
(Pekerjaan yang sia-sia karena tidak memberikan hasil).
Binatang tahan palu, manusia tahan kias.
(Mengajar binatang dengan pukulan, sedangkan mengajar manusia cukup dengan sendirian).
Yang bingung makan cerdik, yang tidur makan yang jaga.
(Jika kita kurang waspada maka mudah tertipu, yang tidur nyenyak mudah sekali kecurian).
Bintang di langit dapat dibilang, tetapi arang di muka tidak sadar.
(Kesalahan orang lain sedikit saja bisa diketahui, tetapi kesahannya sendiri banya tidak menyadarinya).
Buang arang di muka.
(Menghilangkan aib yang mencoreng dirinya).
Bukan budak-budak makan pisang.
(Tidak dapat dipermainkan).
Kalau pandai meniti buih, selamat badan sampai ke seberang.
(Jika kita mempunya kemauan yang keras dan pantang menyerah, niscaya apa yang menjadi idaman ki pasti tercapai).
Bagai bujuk lepas dari bubu.
(Menghilang dengan cepat).
Berdikit-dikit lama-lama menjadi bukit.
(Ilmu atau harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit akhirnya menjadi banyak).
Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menuruni.
(sama-sama menanggung suka dan dukanya).
Bagai bulan dengan matahari. 
(Sama-sama cantiknya, mendapat jodoh yang sama-sama elok parasnya).
Seperti pungguk merindukan bulan.
(Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin didapat).
Si cebol merindukan bulan.
(Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin tercapai).
Bagai pohon tumbuh ditiup angin.
(Perangainya lemah lembut, tetapi kemauannya keras).
Suara bagai buluh perindu.
(Suaranya merdu sekali).
Bunga yang harum itu ada juga durinya.
(sesuatu tidak ada yang sempurna).
Bagai bunyi si amang kenyang.
(Seseorang yang banyak bicara karena mendapat kesenangan).
Buruk perahu buruk pangkalan.
(Tidak lagi mau mengnjak rumah bekas istrinya atau tempat kerja yang telah ditinggalkan).
Busuk-busuk dia adalah keluargaku.
(Betapapun busuknya (jeleknya), dia adalah keluargaku).
Yang buta peniup lesung, yang peka pelepas bedil.
(Pada suatu ketika orang bodoh akan berguna).
Kecil-kecil cabe rawit.
(Walaupun kecil tetapi pemberani).
Mencabik Baju di dada.
(Membuka aibnya sendiri).
Seperti cacing kepanasan.
(Perihal orang selalu gelisah).
Menjual tangkai cangkul sekah.
(Orang yang suka membual).
Yang dicari tak dapat, yang dikandung berceceran.
(Karena tamaknya akan harta, maka rezeki yang sudah ada menjadi tersia-sia celaka).
Tiap-tiap celaka ada gunanya.
(Orang yang telah tertimpa celaka tentu akan insyaf dan berhati-hati).
Seseorang makan cempedak, semua orang kena getahnya.
(Seseorang yang berbuat, tetapi yang lain dianggap bersalah juga).
Sudah gaharu cendana pula.
(Sudah tahu bertanya pula, pura-pura tidak tahu).
Bagai cendawan dibasuh cepat kaki, ringan tangan.
(Tangkas dan Giat bekerja).
Kilat cermin sudah ke muka.
(Maksud yang tidak baik itu telah diketahui oleh orang lain).
Seperti cincing dengan permata.
(Sesuai benar dalam segala hal).
Condong membawa rebah.
(Hal yang membahayakan itu telah diawasi).
Cuaca di langit tanda akan panas, gabah di hulu tanda akan hujan.
(Sesuatu pasti ada tanda-tandanya).
Bagai duri dalam daging
(Sesuatu yang selalu menggangu pikirannya).
Besar kayu besar dahannya.
(Makin banyak penghasilan makin banyak pula pengeluarannya).
Siapapun menjadi raja, tanganku kedahi juga
(Siapapun yang berkuasa aku tetap menghormatinya).
Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.
(Sebaiknya berpikir masak-masak sebelum mengambil langkah agar tidak menyesal belakang hari).
Jika tak lalu dandang di air, di gurun di tanjakkan.
(Berusaha sekuat tenaga untuk mencapai seseuatu maksud agar maksudnya tercapai).
Hendak damai dilawan damai, Hendak perang giling peluru.
(Boleh pilih mana yang disukai, mau perang atau damai).
Datar bagai lantai papan, licin bagai dinding cermin.
(Orang yang bertindak bijaksana dalam memutuskan suatu perkara).
Bersembunyi di balik daun sehelai.
(Menyembunyikan suatu perkara (kesalahan) dengan ceroboh sehingga diketahui orang lain).
Alang-alang berdawat biarlah hitam.
(Jika mengerjakan sesuatu jangan tangung-tanggung).
Minta dedak pada orang yang mengubuk.
(Minta pertolongan pada orang miskin).
Sambil berdendang biduk hilir.
(Melakukan dua pekerjaan selesai sekaligus).
Bermodalan dengkul.
(Modalnya hanya keberanian dan kejujuran saja).
Diam-diam kucing, diam menerkam
(Diam bersikap waspada dan cepat tanggap dalam segala hal).
Kalau tidak bermeriam lebih baik diam.
(Jika tidak berdaya, sebaiknya terimalah nasib).
Berdiang di abu dingin.
(Melakukan pekerjaan yang sia-sia).
Seduit dibelah tujuh.
(Sangat sedikit sekali, sangat miskin).
Dilepas tapi dipegang ekor.
(Mengabulkan sesuatu secara tidak rela).
Elok basa akan bekal hidup, elok budi akan bekal mati.
(Orang yang berbudi baik akan selalu disenangi orang lain, dan jika iya meninggal akan dipuji serta dikenang orang).
Yang elok dipakai yang buruk dibuang.
(Terapkanlah sikap-sikap yang baik, dan tinggalkanlah sikap-sikap yang kurang terpuji).
Utang emas boleh dibayar, utang budi dibawa mati.
(Budi baik seseorang akan diingat (dikenang) orang selama-lamanya).
Seperti embun ditimpa panas matahari.
(Hilang lenyap tak berbekas).
Tak ada gading yang tak retak.
(Segala sesuatu tak ada yang sempurna dan masih ada kekurangannya).
Menanti gagak hitam.
(Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin dapat diperoleh).
Bangkai gajah tak mungkin dapat ditutup dengan nyiru.
(Kejadian besar tak mungkin dapat disembunyikan).
Mrnggalang batang leher.
(Bersedia menyabung nyawa).
Tiada beban batu di gelas.
(Orang yang sengaja mencari kesusahan dirinya).
Orang penggamang mati jatuh.
(Barang siapa yang tidak mempunyai keberaniantidak akan tercapai maksudnya).
Masuk tak genap, keluar tak ganjil.
(Sesuatu yang tak ada gunanya).
Menggantang anak ayam
(Pekerjaan yang sulit dikerjakan).
Secupak tak akan jadi segantang.
(Sesuat yang telah ditentukan dan tak dapat diubah lagi).
Patah tumbuh hilang berganti.
(Terus menerus dan selalu ada gantinya).
Bagai garam dengan asam.
(Sudah sesuai benar dan pasti menjadi jodoh).
Belum berkuku hendak menggaruk.
(Belum berkuasa sudah berlagak mencari kesalahan orang lain).
Gayung bersambut, kata berjawab.
(Setiap pertanyaan ada jawabannya).
Gayung tua, gayung memutus.
(Pada umumnya perkataan orang tua selalu berkepastian).
Bagai gembala diberi keris.
(Diberi sesuatau yang tidak ada mamfaat baginya).
Bagaimana bunyi gendang, begitulah tarinya.
(Hendaknya apa yang kita kerjakan harus sesuai dengan perintahnya).
Satu juga gendang berbunyi.
(Tak berubah, selalu sama saja).
Digenggam tiada tiris.
(Sangat hemat mengeluarkan uang).
Menggemgam erat, membubul mati.
(Selalu memegang teguh janji (nasehat) orang).
Ilmu padi, makin berisi makin merunduk.
(Orang yang banyak ilmunya atau pandai selalu merendahkan diri).
Indah kabar daripada rupa.
(Pada umumnya kabar lebih bagus daripada kenyataan).
Menohok teman seiring.
(Mencela teman sendiri).
Bagai diiris dengan sembilu.
(Sakit hati yang amat sangat).
Tua-tua keladi berisi.
(Semakin tua ilmunya semakin tinggi).
Adat diisi janji dilabuh.  
(Adat harus dijalankan dan ditepati).
Lalu jarum lalu kelindan 
(Jika maksud pertama telah tercapai, mudahlah menempuh maksud yang lain).
Benda jatuh ke pangkuannya.
(Pada umumnya tabiat anak seperti tabiat orang tuanya).
Ibarat ayam tiada berkais tiada makan.
(Orang yang miskin, jika tidak bekerja tidak makan).
 Berkaki pada orang tua.
 (Menggantung hidupnya pada orang tua).
Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
(Kasih ibu selalu lestari atau tiada putus, sedang kasih anak terhadap ibunya sangat terbatas).
Lain kata lain perbuatan.
(Apa yang dikatakan, lain dengan yang dilakukan).
Katak di bawah tempurung.
(Orang yang picik pengetahuannya).
Anak itu pandai mengecap.
(Anak itu pandai membual).
Diberi bahu hendak kepala.
(Diberi sedikit minta yang banyak).
Koyak tak berbunyi.
(Melakukan kejahatan, tetapi tidak diketahui orang).
Seperti kucing dengan tikus.
(Selalu bermusuh).
Labu dikerobok tikus.
(Gadis yang sudah tak perawan lagi).
Belum tahu dipedas lada.
(Masih muda dan belum berpengalaman).
Kelangit tak sampai kebumi tak nyata.
(Sesuatu yang terkatung-katung dan tak terselesaikan).
Memberi lauk kepada orang membantai.
(Menolong seseorang yang tidak memerlukan pertolongan).
Layar ditimpa tiang.
(Kawan menjadi lawan).
Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan.
(Tetap dan tidak berubah untuk selama-lamanya).
Naga ditelan ular lidi.
(Orang bangsawan menikah dengan orang kecil).
Seperti kucing yang dibawakan lidi.
(Takut sekali).
Gali lubang tutup lubang.
(Berhutang untuk membayar hutang yang lain).
Meludah kelangit, terpecik ke muka sendiri.
(Barang siapa yang melawan orang yang berkuasa, maka ia akan dapat susah sendiri).
Sudah diludah dijilat lagi.
(Sudah dicela kemudian dipuji kembali).
Bagai silumpuh hendak merantau.
(Sesuatu hal yang mustahil dikerjakan).
Manis serasa madu, pahit serasa empedu.
(Kata-katanya manis, tetapi menyakitkan hati).
Harum semerbak mengandung mala.
(Orang yang dipuji-puji karena berjasa, tetapi jasa yang diperolehnya dengan jalan tidak baik).
Mati-mati mandi biarlah basah.
(Jangan kepalang tanggung).
Masuk sarang harimau.
(Terperangkap ke dalam bahaya besar).
Monyet mendapat bunga, adakah ia tahu akan faedah bunga itu.
(Orang yang tidak tahu menghargai barang bagus).
Kehilangan muka tebal muka.
(Tidak berperasaan sama sekali).
Bermulut di mulut orang mulut bawa madu, pantat bawa sengat.
(Mulutnya manis tapi hatinya busuk).
ada nasi dibalik kerak.
(Masih ada sesuatu yang harus diselesaikan).
Nyawa bergantung di ujung kuku.
(Keadaan yang sulit dan berbahaya).
Seperti padi hampa makin lama makin congak.
(Orang yang sombong dan tak berilmu makin lama makin besar).
pagar makan tanaman.
(Orang yang kita percayai merusak barang-barang yang kita percayakan).
ada paha ada kaki, ada nyawa ada rezeki.
(Tiap-tiap orang mempunyai rezeki sendiri-sendiri, semuanya telah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa).
Seperti panji, yang ditiup angin berkibaran.
(Orang yang tidak tepat pendiriannya).
Berlayar sampai memapani.
(Dapat menyelesaikan dua tiga pekerjaan sekaligus).
Adat dipasang turun naik.
(Sesuatu tidak ada yang kekal, demikian juga kehidupan manusia).
Menyauk air mandikan sendiri.
(Hidup dengan usaha sendiri).
Menyauk kering-kering, membeli habis-habis.
(Menuntut ilmu hingga selesai atau tuntas).
sayap singkat terbang hendak jauh.
(Melakukan sesuatu yang melebihi kemampuannya, akhirnya menyusahkan diri sendiri).
Menjadi sebut-sebutan.
(Menjadi percakapan orang lain).
Sedap bagi kita, enak bagi orang.
(Kenikmatan yang kita rasakan, juga harus dinikmati oleh orang lain).
Tiada terbawa sekam segantang.
(Keadaan orang yang sangat lemah).
Sambil menyelam minum air.
(Menyelesaikan dua tiga pekerjaan sekaligus).
Nasi tersenduk tidak termakan.
(Mendapat sesuatu, tetapi tidak dapat menikmatinya).
Beban berat segulung batu.
(Melakukan pekerjaan yang berat dan sukar, sedangkan alatnya tidak memadai).
Seperti Sengkalan tak sudah
(Buruk sekali rupanya).
Habis manis sepah dibuang.
(Waktu berguna disanjungnya, tapi jika sudah tidak berguna dibuang begitu saja).
Kena sepak belakang.
(Tertipu oleh orang yang tidak jujur atau tidak lurus hatinya)
Kuat sepit karena kempa.
(Orang yang kuat dalam perkara karena ia ada yang menopangnya dari belakang).
Hilang sepuh tampak senam.
(Tampak kesejahteraannya, setelah terbuka kedoknya).
Bagai siamang kurang kayu.
(Hidupnya sangat sedih karena selalu kekurangan).
Siar bakar berpuntung suluh.
(Suatu perkara harus diselidiki sampai tuntas).
Sumur digali air terbit.
(Memperoleh keuntungan lebih dari yang diharapkan).
Menyuruk hilang-hilang, memakan habis-habis.
(Hendaknya dalam menyembunyikan sesuatu yang sempurna mungkin).
Air susu dibalas dengan air tuba.
(Kebaikan dibalas dengan keburukan).
Biduk lalu kiambang bertaut.
(Sebaiknya kita tidak mencampuri urusan orang lain waktu berselisih, sebab jika mereka telah damai, kita akan malu karenanya).
Adat dagang tawar menawar.
(Barang dagangan boleh ditawar).
Jika menebang menuju pangkal, jika melanting menuju tangkai.
(Setiap tindakan yang dilakukan seseorang tentu ada maksud dan tujuannya).
Berteduh di bawah betung.
(Mendapat pertolongan yang tidak mencukupi).
Tegak sama tinggi, duduk sama rendah.
(Sama kedudukanya).
Bertegang urat leher bertegang buku lidah.
(Dua saling mengotot, dan tak mau mengaku kalah).
Terlalu tegang menjadi putus.
(Bila kita saling mengotot, tak akan menyelesaikan sesuatu masalah, bahkan dapat memutuskan hubungan kita).
Adakah dari telaga yang jernih mengalir air yang keruh.
(Orang yang berilmu tak mungkin melakukan sikap-sikap yang tercela).
Menelan mentah-mentah.
(Menerima bulat-bulat tanpa dipikir terlebih dahulu).
Telingan rabit, pasang subang dikaki
(Melakukan atau menerapkan sesuatu yang tidak pada tempatnya, sehingga ditertawakan orang lain).
Bagai telur di ujung tanduk.
(Seorang yang dalam kesulitan, salah sedikit saja celaka dia).
Telur sesangkak, pecah satu pecah semua.
(Bersatu hati dalam segala hal).
Masakan emas mau dicampur dengan tembaga.
(Masakan orang bangsawan mau bergaul dengan orang miskin atau orang kecil)
Lain tembak lain yang kena.
(Lain yang dituju, lain yang didapat).
Berebut temiang belah.
(Berkelahi memperebutkan sesuatu).
Kalau kubuka tempayan budu, baharu tahu.
(Kalau kubuka rahasiamu, tentu engkau akan malu).
Kalau tidak berada-ada, masak tempua bersarang rendah.
(Jika tidak ada sebab-sebabnya, tak mungkin akan terjadi sesuatu yang luar biasa).
Menempuh lalu, sebodong surut.
(Perihal orang bersahabat yang tetap bersatu hati).
Bertemu ruas dengan buku
Sudah jodohnya (laki-laki dan perempuan)
Sudah terantuk baru tegadah.
(Baru teringat sesudah terjadi sesuatu).
Seperti tengguli ditukar dengan cuka
(Hal yang menyenangkan menjadi menyedihkan).
Terbang bertumpu hingga mencekam
(Jika merantau sebaiknya mencari kaum kerabatnya untuk menumpangkan dirinya).
Bagai kapal tidak bertiang.
(Suatu perkumpulan tanpa pemimpin).
Lepas bantal berganti tikar.
(Orang laki-laki yang menikah dengan saudara istri karena istrinya meninggal).
Tidur bertilam air mata
(Sangat sedih karena merindukan kekasih).
Dahulu timah sekarang besi.
(Orang telah turun martabatnya atau kedudukannya)
Belum beranak sudah ditimang.
(Terlalu cepat gembira sebelum maksudnya tercapai).
Seperti timun dengan durian.
(Perlawanan yang tidak seimbang).
Ditindih yang berat dililit yang panjang.
(Tidak dapat melepaskan diri dari orang yang berkuasa).
Mempertinggi tempat jatuh.
(Memperbesar kerugian karena ceroboh dalam mengendalikan sesuatu).
Duduk meraut, tegak meninjau jarak.
(Selalu siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi).
Tidak tentu titik komanya.
(Tidak tahu apa yang dimaksud).
Tong kosong nyaring bunyinya.
(Pada umumnya orang yang banyak omongnya bodoh).
Patah tongkat berjeramang.
(Tidak pernah putus asa dan terus berusaha sekuat tenaga).
Sudah dapat gading bertuah, tanduk tiada berguna lagi.
(Karena sudah mendapatkan barang yang bagus, maka barang yang kurang baik ditinggalkan begitu saja).
Bagaimana ditanam, begitulah dituai.
(Tiap-tiap perbuatan pasti akan menanggung akibatnya).
Adat diisi lembaga dituang
(Sesuatu dilakukan menurut aturan yang lazim).
Seiring bertukar jalan, seia bertukar sebut.
(Orang yang sehaluan, tetapi berlainan cara melaksanakannya).
Minta tolong kepada lintah.
(Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin didapatkan).
Ringan tulang, berat perut.
(Orang yang mau bekerja keras dan rajin, tentu mendapat rezeki).
Sepandai-pandai tupai melompat, sekali gawal (terjatuh) juga.
(Sepandai-pandai seseorang, sekali waktu juga berbuat kekeliruan).
Sudah beruban baru berguam.
(Orang tua yang tingkah lakunya seperti anak muda).
Ada udang dibalik batu.
(Ada maksud tersembunyi).
Diuji sama meraha, di hati sama berat.
(Sudah sepadan benar atau tentang suami dan istri)
Ujung jarum halus kelindan sutera.
(Tipu muslihat yang amat halus).
Ulam mencari sambal.
(Wanita melamar atau mencari pria).
Singkat diulas panjang dikerat.
(Mana yang kurang ditambah, sedangkan yang lebih dikurangi).
Bagai untak menyerahkan diri.
(Amat patuh menurut perintah).
Hendak untung jadi buntung.
(Dikirain untung, tak tahunya malah rugi).
Sudah berurat akar.
(Sudah mencandu atau mendalam benar).
Usaha menjalani, nasib menyudahi.
(Kita harus melaksanakan kewajiban, tentang hasilnya Tuhan yang menentukan).

Itulah tentang Kumpulan Pribahasa Populer yang terucap sampai sekarang, semoga Pribahasa di atas dapat bermamfaat untuk siapapun yang membacanya, sebelumnya Admin Dilandasi minta maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kata atau pengertiannya yang namanya manusia tidak luput dari kekhilafan. Jangan lupa share ya.Terimakasih atas kunjungannya....

0 Response to "Kumpulan Peribahasa Populer yang Terucap sampai Sekarang"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel