Pantun Cinta Anak Rantau

Pantun Cinta Anak Rantau - berisi tentang kisah cinta yang menimpa sesorang khususnya Perantau, bisa juga disebut hubungan asmara jarak jauh atau istilah LDR. Cerita ini akan terasa apalagi jika Sobat berada di posisi tersebut.

Mengenai komposisi Pantun ini, seperti halnya yang sudah dibicarakan pada Pantun sebelumnya, bait pertama dan kedua adalah sampiran dan bait ketiga dan keempat adalah isi dari pantun, Pantun Cinta Anak Rantau terdiri dari empat baris dan bersajak AB-AB atau AA-AA.

Secara kronologis, di era pandemi seperti saat ini, banyak perantau yang kebingungan karena tidak bisa pulang, berharap bertemu kekasih, sebaliknya tidak bisa pulang karena alasan tersebut dan berbagai alasan khusus lainnya. Apa Sobat mengalaminya? Kalau iya, saya juga tidak habis pikir, karena kalau rindu memang harus bertemu.

Pantun Cinta Anak Rantau

Pada poin ini saya akan menceritakan sedikit tentang Pantun cinta anak Rantau yang dapat saya bagikan di blog ini. Silahkan Sobat Perantau, cek satu persatu apakah ada yang cocok dengan pengalaman yang Sobat alami saat ini.

Jangan ditimba biduk Padang,
makin ditimba penuh jua.
Jangan dicinta anak dagang,
jika dicinta makin jauh jua.

Dua paya, satu penggiri
seekor bujuk, seekor anak ruan.
Tuan di sana, saya di sini,
Sepantun pungguk merindukan bulan.

Sesah seperai dalam gangsa,
gangsa yang jangan dipateri.
Bercerai mata tidak mengapa,
asal jangan bercerai hati.

Keduanya itu menjadi ratu,
terlalu banyak mempunyai rakyat.
kapankah kita bisa bersatu,
ikan di laut umpannya di darat.

Asap api embun berderai,
patah galah dalam perahu.
Niat hati tidak bercerai,
kehendak Allah siapa tahu.

Bunga cempaka tumbuh di titian,
patah berganti rantingnya rapuh.
Jika ada sebuah kepantian,
jangan dikenang orang yang jauh.

Ambil buluh pagarkan padi,
raib disambar Batara Kala.
Hancur luluh rasanya hati,
bertemu itu kalanya bila?

Kalau ada si siput mandi,
air di kali tiada tenang.
Kalau datang si jantung hati,
hati yang kusut menjadi senang.

Awan berkisar di gunung tinggi,
nyala pelita taruhlah minyak.
Entah di mana tuan kini,
hilang di mata di hati tidak.

Air Bangis awan bergombak,
tampak nan dari Gunung Singkil.
Menangis mendengar bunyi ombak,
ombak berbunyi kasih memanggil.

Cincin bindu permata selan,
jatuh ke depan diruang tamu.
Jikalau rindu pandanglah bulan,
di bulannya lebaran kita bertemu.

Ngilu gigiku makan jambu,
makan langsat sisanya tupai.
Ingin hatiku hendak bertemu,
lepas puasa barulah sampai.

Ambil ketupat di atas jari.
benang layang-layang di Jakarta.
Di mana tempatnya saya cari?,
yang terbayang-bayang di mata.

Terbang melayang si burung balam,
hinggap sebentar di pucuk pauh.
Bergadang mata setiap malam,
teringat kasih jaraknya jauh.

Baca juga : Pantun pantun Perantauan 

Anak udang meniti batang,
berasa dahan terlampai.
Melihat bulan di pagar bintang,
bagaikan rasa hendak dicapai.

Bulan terang bintang berantai,
anak Keling bermain api.
Kalau sekiranya tuan sampai,
Mari bersama menjaga hati.

Pucuk pauh selara pauh,
pandan di rimba diladungkan.
Adik jauh kakanda jauh,
kalau rindu sama merenungkan.

Bertemu dengan Pengeran Agung,
ialah Raden di Gunung Sari.
Aib dan malu kanda tanggung,
dinda di mana kanda cari.

Bunga melati di jambangan,
mari dipetik anak teruna.
Berusak hati berkepanjangan,
akhirnya sakit, karna merana.

Cina, Melayu membeli beledu,
memakai kasut sehari-hari.
Alangkah sukarnya menanggung rindu,
nasi dimakan serasa duri.

Pantun Cinta Anak Rantau

Dulang terletak di atas meja,
lada secawan bunga berembang.
Sakit sungguh kakanda bercinta,
laksana bunga menanti kumbang.

Dicuri ratu Sijuindu,
dibuangkan ke dalam laut.
Tidak kuasa menanggung rindu,
bagaikan datang rasanya maut.

Dalam lubuk di Sungai Tenang,
tempat mandi anak raja.
Air jernih lubuknya tenang,
takut menjelma ada buaya.

Dari hilir sampai ke hulu,
singgah mengait buah berembang.
Dari tidak pikir dahulu,
sebab mengikut hati yang bimbang.

Dahan melampaui ke belukar,
ditanam oleh raja yang sakti.
Adikku lagi di tempat yang sukar,
sangatlah gundah di dalam hati.

Menggulai ayam dicampur kentang,
Lebih enak kalau di rendang.
Beriba hati di rantau orang,
Teringat kasih sedang dipinang.

Gunung pertapaan Raja Buta,
hati dipanah Indra Sakti.
Di manakah tempat bercermin mata,
jika tidak ke si tangkai hati.

Hilir Natal mudik Batahan
hanyutlah bemban dengan uratnya.
Haus lapar boleh ditahan,
hati rindu apa obatnya.

Kalau hendak tahu di rumpun padi,
lihatlah rumput di pematang.
Kalau hendak rindu dengan kami,
lihatlah laut dipetang-petang.

Ada ditimba biduk orang,
tidak keruntung dalam rimba.
Ada dicinta sebagai orang,
tidak akan untung apalah daya.

Ditanam oleh raja yang sakti,
permata intan dari kompeni.
Hancur luluh rasanya hati,
Rupanya dinda sudah begini.

Kain cita pakaian putri,
dari tpadang hendak ke Bayangan.
Lain cita lain yang jadi,
sudahlah nasib lama diperantauan.

Masuk ke lubuk jatuh ke lubang,
sesak pandan dalam jambangan.
Apa sudahnya berhati bimbang,
rusaklah badan berkepanjangan.

Makan semangka berulam manggis,
dimakan dalam perahu.
Di luar gelak di dalam tangis,
Allahu rabbi yang akan tahu.

Lari pagi di komplek mentari,
Ikan tenggiri di dalam baki.
Kekasih pergi seorang dìri,
Ke luar negri mencari rejeki.

Maling ditembak oleh Belanda,
penabur terserak tengah padang.
Duduk terkenang akan adinda,
nyawa di tubuh rasa melayang.

Nagasari cempaka biru,
bunga rampai di dalam puan.
Rasanya hati sangatlah rindu,
bilakan sampai kepada tuan.

Nuri hinggap di atas kota,
dapat ditangkap putra ratu.
Hati di dalam sangatlah cinta,
bila gerangan akan bersatu?

Pucuk pauh selara pauh,
daun mengkudu diladungkan.
Adik Jauh, kakanda jauh,
kalau rindu sama sama tanggungkan.

Patah sumbu di Singgalang,
terdayuk sebagai balai-balai.
Hati yang gila mabuk seorang,
memikirkan kasih yang terbengkalai.

Pandan terletak dalam perahu,
hanyut benang dari Serati.
Makan tak hendak tidur tak mau,
mabuk terkenang dalam hati.

Susun karang sama lebarnya,
jahit setangan dari Kerukut.
Sampai sekarang tiada kabarnya,
hatiku gelisah bercampur takut.

Duduk di depan rumah kawan,
bersama istri sambil berpelukan.
Mencari masa depan di perantauan,
Persiapan bekal untuk di pelaminan.

Tinggi bukit jalan ke darat,
padam api pelita kapas.
Kalau boleh digenggam erat,
hilang nyawa baru kan lepas.

Buang benalu dipohon melati,
Untuk dikasih kepada pak haji.
Tidak perlu bersedih hati,
Bila kekasih hianati janji.

Tinggi letaknya pagar ini,
padi yang tidak rimbun lagi.
Maka dikarang surat ini,
hati nan tidak tertahan lagi.

Tirai perak kelambu perak,
bantal emas tikar suasa,
Bercerai tidak bertemu tidak,
Kasih jauh nan dari mata

Tergenang air di atas talam,
diambil kulak ditapisi.
Teringat tuan tengah malam,
diambil bantal ditangisi.

Padang ilalang sungainya bersih,
tempat berlari si anak kuda.
Selagi masih bisa memilih,
Jika ada yang lain lupakan kanda.

Mungkin hanya itu yang dapat saya bagikan di blog ini, jika ada pendapat atau saran dari sobat Perantau tentang Pantun Cinta Anak Rantau silahkan beri komentar di bawah. Mana tau dari membaca Sobat berinspirasi juga untuk memunculkan pantun baru versi sobat sendiri. Terimakasih telah berkunjung pada blog ini salah dan janggal saya minta maaf, akhir kata Wassalam.

0 Response to "Pantun Cinta Anak Rantau"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel